Sabtu, 27 Maret 2010

Our trip to java part 2; nights @ the hospital

Aku tidak menyangka anakku harus masuk rumah sakit.  Dia sakit typus ringan.  Awalnya dia demam selama 3 hari berturut-turut.  Aku beri obat penurun panas namun hingga hari ke 3 demamnya masih muncul hingga kami memutuskan untuk periksa ke dokter anak terdekat hari itu juga.  Dokter mengatakan perlu tes lebih lanjut untuk mengetahui sakit apa.  Kami diberi resep obat antibiotik, obat batuk (karena Rakhma agak batuk sedikit), Vitamin (karena menolak untuk makan hanya minum ASI) dan puyer untuk menurunkan panas.  Dokter juga mengatakan jika panasnya masih muncul, kami di minta untuk periksa kembali.  Dan benar hingga hari ke-5, demamnya belum juga turun dan keesokan harinya kami pergi ke dokter dan oleh dokter Rakhma harus menjalani rawat inap di Rumah Sakit Umum untuk mendapatkan terapi infus karena badannya panas tanda kurang air (dehidrasi).

Jujur saja, saya dan suami awalnya sempat ragu-ragu untuk membawa anak kami ke RSU, tapi berhubung kami juga tidak punya pilihan lain, kami tetap memberanikan diri.  Kami langsung menuju UGD dan langsung booking kamar.  Kami mendapatkan kamar kelas 1C karena hanya kamar tersebut yang masih kosong.  Diluar perkiraan kami, ternyata yang dimaksud kelas 1 tidak seperti yang kami bayangkan yaitu 1 kamar 1 pasien.  Namun satu kamar di isi oleh 4 pasien. Sebelum kami memasuki kamar tersebut, Rakhma mendapatkan infus di Ruang UGD saat itu juga.  Sempat ngeri juga membayangkan jarum suntik di masukkan ke pergelangan tangannya.  Mungkin karena Rakhma sudah lemas jadi dia pasrah saja di utak-atik tangannya oleh tim suster.

OLYMPUS DIGITAL CAMERA

Setelah itu, kami langsung menuju bangsal anak tempat Rakhma di opname.  Di kamar tersebut ada 2 balita dan 1 anak laki-laki berumur 11 tahun yang juga di rawat.  Rakhma merupakan pasien terbaru yang masuk ke kamar tersebut.  Kami mencoba menikmati ruang baru kami tersebut dan berkenalan dengan pasien yang satu kamar dengan kami.  Aku sendiri tidak bisa memikirkan hal lain selain kesembuhan Rakhma, sehingga hingga hari terakhir pasien yang tersisa hanya Rakhma sedang yang lainnya sudah pindah ke kamar yang lebih baik (1 kamar, 1 pasien).  Kalau malam di bangsal anak, tangisan anak selalu terdengar baik siang maupun malam.  Di koridor bangsal selalu ada ibu menggendong anaknya yang rewel karena menahan sakit.  Aku juga harus terbiasa melihat anakku terbujur di kamar sambil tanggannya terikat oleh Infus.  Betul-betul pemandangan yang tidak terbayangkan untuk liburan kami di Salatiga.

Pada hari ke 5 di hospital, kondisi Rakhma membaik.  Dan pada hari ke-6 Rakhma di ijinkan untuk pulang oleh Dokter.   Dari pengalamanku ini, aku bisa mengambil pelajaran, kalau;
  1. Typus merupakan penyakit yang menyerang pencernaan yaitu bagian usus halus dikarenakan makanan yang tidak higienis dan makan yang kurang teratur
  2. Rakhma sakit tyfus karena kesalahanku kurang memperhatikan asupan makannya.  Selama liburan ini Rakhma sering bepergian sementara dia hanya minum ASI dan makannya pun susah.  Setelah di beri vitamin oleh dokter, baru nafsu makannya mulai membaik.
  3. Hampir setelah imunisasi Rakhma sudah komplet, aku sudah jarang ke dokter anak untuk cek berat-badannya.  Padahal itu penting untuk mengetahui perkembangan anak normal / tidak.  Asal tahu saja berat badan anakku saat sakit waktu itu hanya 9 kilogram !! Sedangkan berat badan normal untuk usia  tahun paling tidak 9.9 kilogram.
  4. Anakku type anak yang susaaah sekali di beri obat.  Baru setelah di ganti sendoknya dengan pipet, Rakhma baru mau minum obat sedikit-sedikit.
Sekarang, anakku sudah sembuh dan ceria seperti biasanya.  Setelah kejadian itu, aku lebih memperhatikan asupan makannya dan memperhatikan tidurnya dalam arti tidak keasikan maen dengan teman-temanya hingga dia lupa makan dan minum.

Karena harus di rawat di RSU selama seminggu, kepulanganku ke Timika pada tanggal 24 Maret kemaren tertunda hingga tanggal 14 April mendatang.  

Salam
Ibukerte

Tidak ada komentar:

Posting Komentar